Seni Bertanya: Soft Skill yang Harus Dimiliki Pustakawan

Selama ini pustakawan seperti diharapkan selalu dapat menjawab pertanyaan. Terutama pustakawan yang berada di posisi sebagai pustakawan referensi. Peneliti dan mahasiswa yang menjadi benefit holder perpustakaan seringkali menghubungi pustakawan jika sudah mentok ketika mencari satu informasi yang terkandung di buku, jurnal atau sumber elektronik. Kegiatan pemustaka bertanya dan pustakawan menjawab menjadi suatu kelaziman.

Berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan Vibrant Facilitation Training yang diikuti oleh Pustakawan Perpustakaan Hukum Daniel S. Lev pada 30 Januari – 2 Februari 2023 di Jakarta, kegiatan bertanya merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap pustakawan. Pustakawan berperan sebagai fasilitator yang mengantarkan pemustakanya menemukan jawaban. Seperti asal kata fasilitator yaitu facile yang berarti memudahkan, inti dari kegiatan memfasilitasi adalah memudahkan seseorang untuk meraih tujuannya. Pustakawan harus membantu pemustakanya dalam menemukan jawaban penelitiannya.

Teknik Bertanya

Ada berbagai macam teknik bertanya, biasanya teknik ini digunakan ketika sedang memfasilitasi suatu kegiatan, tapi bisa juga dipraktekkan di perpustakaan dalam menghadapi pemustaka. Kita bisa menggunakan teknik bertanya yang berbeda disesuaikan dengan karakteristik pemustaka. Jika pemustaka individu yang cenderung diam atau tidak bisa mengungkapkan kebutuhannya dengan jelas, kita bisa gunakan teknik ‘drawing people out’. Teknik drawing out ini meminta si pemustaka menjelaskan lagi pernyataannya dan merumuskan gagasan pokoknya, seperti mengklarifikasi maksud pertanyaannya. Teknik kedua, bisa menggunakan teknik ‘mirroring’ yang bisa diartikan menyerupai, sedikit mirip seperti parafrase atau membahasakan ulang pertanyaannya. Pustakawan bisa menyampaikan kembali gagasan pokok pemustaka tapi dengan mengutip kalimat awalnya. Pustakawan bisa juga melatih dirinya untuk bisa menerapkan teknik pertanyaan probing. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban yang lebih detail dan jelas. Selain empat teknik di atas, masih ada teknik bertanya lain yang mungkin lebih cocok untuk menggali pertanyaan dari satu kelompok, seperti teknik gathering ideas yang memungkinkan semua orang di kelompok tersebut terlibat; stacking yang membuat setiap orang nyaman dan menghargai aturan bicara; tracking; encouraging; balancing; making space; dan intentional silence.

Segitiga Pertanyaan

Pola segitiga biasanya dipakai dalam mengajukan pertanyaan.  Segitiga pertanyaan mengerucut ke atas pada kenapa (why), di tingkat keduanya adalah apa (what) dan bagaimana (how), dan di bagian paling bawah ada tiga pertanyaan, yaitu siapa (who), kapan (when) dan di mana (where). Menariknya pertanyaan bagaimana (how) merupakan pertanyaan yang sebaiknya tidak ditanyakan, karena kemungkinan besar akan mengunci proses pencarian jawaban. Seperti pertanyaan jurnalis yang bertanya kepada korban kecelakaan “bagaimana perasaan anda?”, pertanyaan tersebut selain tidak humanis, juga tidak akan sampai pada tujuan pencarian jawaban. Pertanyaan yang efektif untuk mendapatkan jawaban adalah apa, siapa, kapan, di mana dan kenapa.

Segitiga Pertanyaan

Pustakawan bisa membiasakan diri menggali sebanyak-banyaknya pertanyaan dari pemustaka mengenai kebutuhan informasinya, dengan berlatih bertanya. Dimulai dengan apa, “Sedang meneliti apa?” misalnya. Dilanjutkan “Siapa penulisnya, tokohnya?”. Dan seterusnya.

Dengan keterampilan bertanya yang mumpuni, pustakawan bisa membantu pemustakanya secara efektif dan efisien dalam mencari jawaban penelitiannya.

@trianadyah.p