Di tengah derasnya arus digital dan kebutuhan akan interaksi yang cepat, media sosial telah menjadi salah satu ujung tombak komunikasi bagi perpustakaan khusus. Platform ini tak lagi hanya menjadi tempat berbagi informasi, melainkan juga ruang untuk membangun keterlibatan dengan komunitas pengguna. Namun, tantangan muncul: bagaimana menyajikan konten yang menarik, konsisten, dan relevan di tengah keterbatasan waktu dan sumber daya?
Jawabannya: teknologi Artificial Intelligence (AI). Penggunaan AI kini mulai menjadi solusi praktis sekaligus strategis dalam pembuatan konten media sosial perpustakaan.
Akal Imitasi (AI)
AI atau akal imitasi tidak lagi terdengar asing. Berbagai bentuknya, mulai dari machine learning hingga generative AI, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam konteks perpustakaan, AI kini berperan penting dalam menyusun narasi informatif, menciptakan visual yang menarik, hingga merancang strategi promosi yang disesuaikan dengan perilaku pengguna.
Dengan bantuan AI, pustakawan mampu menghadirkan konten yang tidak hanya informatif, tetapi juga cerdas dan atraktif, sesuai dengan karakteristik pengguna media sosial saat ini yang lebih visual, cepat, dan interaktif.
Efisiensi Waktu Pembuatan Konten
Salah satu dampak paling signifikan dari penggunaan AI adalah efisiensi waktu. Proses pembuatan konten yang biasanya membutuhkan brainstorming panjang dan pengerjaan manual kini dapat dipersingkat secara drastis.
AI dapat:
- Menyediakan berbagai ide konten berdasarkan tren atau kebutuhan audiens.
- Menyusun teks/caption dengan nada dan gaya bahasa yang sesuai.
- Menyesuaikan waktu unggah agar pesan lebih tepat sasaran.
Hal ini membantu pustakawan bekerja lebih produktif dan fokus pada penyusunan strategi komunikasi, bukan hanya teknis produksi.
AI sebagai Alat Kreatif Bukan Pengganti
AI telah berkembang sebagai alat bantu yang efektif untuk proses brainstorming. Hal yang paling penting adalah memahami posisi AI bukan sebagai pengganti manusia, melainkan sebagai partner kerja kreatif. Fungsi AI dalam pembuatan konten bukan hanya soal efisiensi, tetapi bagaimana hasilnya tetap mengedepankan nilai kredibilitas dan orisinalitas. Ada empat fungsi AI, yaitu:
- Kreasi Konten
AI generatif dapat membantu menciptakan berbagai bentuk konten, mulai dari teks (caption, artikel, narasi), visual (gambar, infografik, desain), hingga audio dan video.
- Brainstorming Ide
AI dapat digunakan untuk eksplorasi ide-ide kampanye, tema bulanan, tagar yang relevan, atau pendekatan baru dalam menyampaikan informasi. Hal ini sangat berguna saat tim kehabisan ide atau ingin mencari perspektif yang segar.
- Perencanaan Konten (Content Planning)
AI dapat membantu menyusun kalender editorial, menyarankan waktu unggah terbaik, menyusun tema mingguan, hingga memberi rekomendasi format konten berdasarkan tren audiens. Ini membantu tim media sosial bekerja lebih terstruktur dan strategis.
- Analisis Data (Data Analytics)
Dengan bantuan AI, dapat menganalisis performa konten (engagement, reach, klik), memahami pola interaksi audiens, serta mengidentifikasi jenis konten yang paling efektif. Ini memungkinkan evaluasi berbasis data untuk pengambilan keputusan kedepannya.
AI tidak hanya berperan dalam menciptakan konten, tetapi juga menjadi alat penting dalam menganalisis terkait evaluasi kinerja konten di media sosial perpustakaan. Melalui AI, pustakawan dapat dengan mudah mengetahui konten mana yang paling banyak dilihat, disukai, atau dibagikan oleh pengguna. Tak hanya itu, AI juga mampu membaca sentimen dari komentar atau tanggapan pengguna, sehingga memberikan gambaran tentang bagaimana audiens merespons pesan yang disampaikan.
Data-data ini menjadi landasan berharga dalam mengambil keputusan untuk unggahan selanjutnya. Dengan insight yang berbasis data, pustakawan tidak lagi mengandalkan asumsi atau intuisi semata, melainkan bisa menyusun strategi konten yang lebih terarah, relevan, dan berdampak.
Etika Penggunaan AI dalam Konten Media Sosial
Berdasarkan fungsi tersebut, terdapat batasan Etis dalam penggunaan AI. Beberapa poin penting yaitu:
- Verifikasi sumber, ketika kita menerima informasi dari AI sebaiknya kita harus melakukan verifikasi ulang terhadap jawaban yang diberikan, sehingga kita lebih selektif dalam memilih informasi.
- Kredibilitas dan Transparansi, meskipun tidak wajib mencantumkan bahwa konten dibantu oleh AI. Namun, kita tetap memiliki batas dalam menyebarluaskan informasi yang belum terverifikasi atau konten yang bersifat manipulatif.
- Tetap mengikuti pedoman atau guideline tentang peraturan penggunaan AI.
Sebagai penutup, workshop ini menegaskan bahwa kemajuan teknologi hanya akan berdampak positif jika dikelola dengan bijak. Dalam konteks perpustakaan, AI bukanlah ancaman, tetapi peluang untuk memperluas jangkauan literasi dan layanan, selama tetap berada dalam koridor etika dan tanggung jawab sosial.
Perkembangan teknologi membawa perubahan signifikan dalam aspek kehidupan, termasuk dalam strategi media sosial. Hal ini menjadi penting dalam Workshop Perpustakaan Khusus bertajuk “Strategi Media Sosial Berbasis Data untuk Perpustakaan Khusus”, yang diselenggarakan Senin 16 Juni 2025. Dalam sesi tanya jawab yang berlangsung Pak Ari (Dosen Universitas Indonesia sekaligus narasumber) menekankan pemahaman etis dalam memanfaatkan AI.